British Council bekerja sama dengan University of Glasgow dan beberapa universitas lain di Inggris Raya; membesarkan harapan perempuan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), dan mencetak dampak di masyarakat.
“Semakin banyak perempuan yang menjadi ahli di bidang STEM, maka akan berimbas juga pada peningkatan inklusifitas dunia akademik dan riset bagi perempuan; sehingga nantinya bidang STEM tidak hanya didominasi oleh laki-laki saja dan harapannya akses serta regulasi dalam bidang ini akan semakin terbuka dan ramah bagi semua gender.” – Alya Dayna Salma
Semenjak sekolah, saya memiliki minat dan ketertarikan yang tinggi terhadap sains, dan sejak SMP saya benar-benar menikmati pelajaran Biologi. Sepertinya ini dipengaruhi oleh guru-guru biologi saya semasa sekolah. Saya beruntung mendapatkan guru-guru biologi yang membuat belajar menjadi mengasyikkan dan mudah dipahami; jadi saya memutuskan untuk kuliah S1 di jurusan Biologi.
Ketika kuliah di IPB, saya banyak mendapatkan informasi dari media sosial maupun dari teman-teman mengenai isu lingkungan dan climate change. Dari sana saya mulai sering mencari tahu tentang kondisi dan isu lingkungan yang sedang kita semua hadapi. Saya juga memiliki pengalaman menjadi volunteer dalam kegiatan Bina Cinta Lingkungan yang diadakan oleh IPB. Melalui kegiatan ini, saya mendapatkan pengalaman membantu warga desa di sekitar kampus, seperti memperbaiki irigasi desa tersebut dan membersihkan sungai. Dari pengalaman volunteer dan pengetahuan yang saya dapat melalui riset dan diskusi, saya tahu bahwa saat ini banyak daerah di Indonesia yang terancam akan tenggelam dalam beberapa tahun apabila permasalahan konservasi air tidak diselesaikan, misalnya daerah Jakarta. Oleh karena itu, saya sadar pentingnya memiliki mitigasi yang baik untuk mengatasi climate change, terutama di bidang manajemen air. Inilah yang membuat saya ingin mendalami bidang ilmu tersebut di University of Glasgow.
Menurut saya, program studi ini akan sangat cocok untuk saya karena University of Glasgow menawarkan kurikulum yang multidisipliner dan komprehensif. Saya akan berkesempatan belajar mengenai berbagai aspek dari ilmu perairan baik freshwater maupun coastal, mulai dari aspek ekologis hingga aspek manajemennya, dengan fokus terhadap adaptasi dan mitigasi dari climate change serta efeknya terhadap lingkungan perairan.
Saya yakin latar belakang saya di bidang Biologi akan sangat menunjang studi pascasarjana saya, karena semasa studi untuk mendapatkan gelar sarjana, saya tidak hanya belajar berbagai mata kuliah yang dapat menunjang studi pascasarjana saya, seperti Biologi Lingkungan, Ekologi dan Metode Statistik; tetapi saya juga terbiasa melakukan riset dan praktikum, baik di lapangan maupun di laboratorium. Melalui riset dan praktikum tersebut, saya mendapatkan keterampilan pengambilan data dan sampel, olah data statistik dan menulis laporan serta karya ilmiah yang saya yakini akan sangat bermanfaat untuk diaplikasikan saat saya menekuni studi pascasarjana. Tidak hanya itu, keterbiasaan saya dalam dunia riset sejak S1 pun melatih critical thinking dan research-based mindset yang akan sangat berguna untuk kemajuan karir saya.
Saya pertama kali mendapatkan informasi mengenai British Council Scholarships for Women in STEM dari webinar yang diadakan oleh AUG dan representasi University of Glasgow. Lalu saya melakukan riset lebih lanjut mengenai beasiswa ini dari website universitas dan dari website “British Council”. Untuk mendaftar beasiswa ini, applicant harus memiliki Letter of Acceptance/Offer atau sudah diterima di universitas yang bekerja sama dengan British Council. Jadi, hal yang pertama kali saya lakukan adalah mendaftar ke program Master of Sustainable Water Environment di University of Glasgow. Saya mendapatkan informasi tentang beasiswa ini agak terlambat dan dengan deadline beasiswa yang sudah tidak jauh lagi, saya perlu segera mendapatkan LoA. Beruntung saya dibantu oleh Mbak Monica, salah satu konselor AUG Jakarta, yang membuat proses aplikasi saya ke UofG jauh lebih mudah dan LoA bisa saya terima tepat waktu. Setelah saya mendapatkan LaA, proses pendaftaran beasiswa cukup sederhana, applicant hanya perlu mengisi formulir pendaftaran secara daring dan mengunggah esai dan beberapa dokumen pendukung.
Beasiswa ini diperuntukkan bagi perempuan dari negara-negara di Amerika dan Asia untuk melanjutkan studi di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics). Ada 5 kuota penerima beasiswa di setiap universitas yang bekerja sama dengan British Council. Beasiswa ini bersifat fully-funded, artinya beasiswa ini mencakup semua biaya yang dibutuhkan awardee selama studi; mencakup biaya pendidikan selama 1 tahun (jangka waktu studi hingga lulus) serta biaya hidup bulanan ditambah uang saku sebesar £1,116 per bulan, biaya tiket pesawat, biaya visa, asuransi, bahkan biaya kursus Bahasa Inggris atau biaya tes IELTS bagi pendaftar yang belum memiliki sertifikat Bahasa Inggris yang mencukupi syarat.
Menurut saya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi perempuan yang berkarir di bidang sains yaitu gender stereotypes. Sejak dini, saya merasakan bahwa perempuan seringkali dituntut untuk memenuhi stereotip yang sudah ketinggalan zaman, contohnya perempuan tidak bisa sepintar laki-laki dalam sains dan matematika atau perempuan tidak perlu cerdas dan bersekolah yang tinggi karena pada akhirnya hanya akan mengurus keluarga di rumah. Stereotip semacam ini berperan cukup besar dalam membuat perempuan yang bercita-cita menjadi peneliti atau bekerja dan belajar di bidang STEM menjadi menjauh dari bidang ini. Stereotip tersebut membuat perempuan-perempuan yang ingin berkarir di dunia STEM menjadi kurang percaya diri atau bahkan membuat mereka mundur sepenuhnya dari cita-cita tersebut dan mencari jalur karir lainnya yang memenuhi stereotip “lebih cocok untuk perempuan”.
Masyarakat yang menitikberatkan pengasuhan keluarga dan anak kepada perempuan pun memperburuk situasi ini. Tanpa dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar, work-related stress pada perempuan di bidang STEM dapat menjadi sangat tinggi. Oleh karena kurangnya perempuan di bidang pekerjaan sains dan engineering, lingkungan dan budaya kerja serta regulasi yang berlaku di perusahaan-perusahaan di bidang tersebut pun menjadi male-exclusive dan membuat perempuan menjadi terkesampingkan. Contohnya, durasi kerja yang melebihi batas, shift di jam-jam larut malam, dan pemberian parental leave hanya untuk perempuan. Faktor ini turut menjadi tantangan bagi perempuan di bidang teknik dan sains.
Menurut saya, masih banyak lagi hambatan dan tantangan yang dihadapi perempuan yang memilih karir dan pendidikan di bidang STEM. Oleh karena itu, jalan para perempuan masih panjang untuk mengentaskan permasalahan ini dan demi menciptakan lingkungan yang suportif dan inklusif bagi semua gender yang ingin belajar dan bekerja di bidang STEM.
Yang pertama, memberikan dukungan secara publik dengan menganugerahkan penghargaan dan memberikan panggung kepada perempuan-perempuan yang berjasa di bidang STEM. Menurut saya, hal ini dapat memberikan inspirasi bagi perempuan-perempuan lainnya yang memiliki pertimbangan untuk terjun ke bidang ini, sehingga perempuan akan memiliki representasi dan role model sesama perempuan hebat yang dapat diteladani dan menginspirasi mereka untuk meraih prestasi yang sama.
Yang kedua, memberikan dukungan finansial dan akses untuk pendidikan dan karir yang lebih inklusif. Menurut saya, langkah dari British Council untuk memberikan beasiswa khusus perempuan di bidang STEM ini merupakan salah satu contoh langkah konkrit yang sangat baik untuk mendorong lebih banyak perempuan berkarir dan meneruskan pendidikan di bidang STEM. Memberikan dukungan finansial bagi perempuan yang ingin mengenyam pendidikan lebih lanjut di bidang STEM akan membuat lebih banyak perempuan yang awalnya tidak memiliki akses ke bidang keilmuan ini karena keterbatasan socio-economic menjadi bisa berkesempatan untuk berkarya dan berkarir di bidang ini. Semakin banyak perempuan yang menjadi ahli di bidang STEM, maka akan berimbas juga pada peningkatan inklusifitas dunia akademik dan riset bagi perempuan; sehingga nantinya bidang STEM tidak hanya didominasi oleh laki-laki saja dan harapannya akses serta regulasi dalam bidang ini akan semakin terbuka dan ramah bagi semua gender.
You’re on the right path. Keep going, but don’t forget to stop every once in a while when you need to take a break and rest. Because looking after yourself is crucial when you’re on your way to saving the world.
Harapannya, saya bisa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan saya dapatkan demi mitigasi dan adaptasi climate change di Indonesia, terutama di bidang perairan. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa banyak daerah di Indonesia yang terancam akan tenggelam dan hingga saat ini baik pemerintah maupun para stakeholders belum memiliki rencana pasti untuk menanggulangi situasi ini. Oleh karena itu, saya berharap dengan pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan selama menekuni program studi Sustainable Water Environment di University of Glasgow, saya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda dengan membuat suatu online campaign terkait urgensi dari konservasi air dan mitigasi serta adaptasi climate change. Selain itu, saya pun berharap bisa mengkomunikasikan data lingkungan yang ada sekaligus rekomendasi metode mitigasinya kepada para stakeholders supaya segera menanggapi dan bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Saya selalu mencoba menemukan hal-hal kecil yang bisa membawa kebahagiaan di kehidupan sehari-hari. Contohnya, menghabiskan waktu bersama hewan peliharaan. Memiliki hewan peliharaan sebagai emotional support system benar-benar membantu saya dalam pandemi ini. Melihat tingkah polah hewan kesayangan yang seringkali lucu dan tidak terduga selalu berhasil memberikan rasa bahagia tersendiri untuk saya.